Review Filsafat Transedental Mulla Sadra

Bookmark and Share

Review Filsafat Transedental Mulla Sadra

  • Dalam Filsafat Transendental Mulla Sadra, setiap objek terdiri dari dua komposisi, yakni eksistensi dan esensi. Eksistensi adalah keberadaan dari objek itu sendiri dan ia memiliki dua realitas, yaitu realitas internal dan eksternal, realitas eksternalnya dapat dipahami dan disaksikan oleh semua orang. Pasalnya, objek tersebut terdiri dari susbstansi materi. Sementara realitas internalnya hanya bisa dipahami oleh segelintir orang yang memiliki pengetahuan intuitif. Sebab, realitas internal terdiri dari substansi immateri. Adapun esensi adalah jawaban dari rangkaian pertanyaan “apa itu”, ia merupakan sebuah uraian deskriptif mengenai eksistensi. Namun, esensi juga acap kali disamakan dengan kuiditas. Selanjutnya dalam Filsafat Mulla Sadra.
  • Jika kita perhatikan eksistensi sebuah batu, apakah batu itu ada karna adanya mata kita atau ia ada dengan sendirinya? Jangan-jangan batu itu tidak ada seandaianya manusia tidak diberi mata, sebab keberadaan batu itu bisa diditeksi dengan mata. Artinya, manusia selalu membutuhkan kuiditas untuk menjangkau eksistensi sebuah objek, dalam hal ini mata adalah kuiditas untuk menyaksikan eksistensi batu. Selanjutnya, apakah yang sesungguhnya ada itu adalah batu itu sendiri atau gerak subtansi yang ada pada batu tersebut, apakah yang ada itu adalah manusia atau subtansi pada manusia itu sendiri?
  • Kuiditas merupakan fenomena mental, dan ia terletak pada otak manusia. kuiditas merupakan abstraksi dari eksistensi objek eksternal. Sementara eksistensi merupakan abstraksi dari eksistensi sebuah objek.
  • Kuiditas terbagi menjadi dua, ada yang berasal dari substansi materi dan subtansi immateri.
  • Menurut Mulla Sadra, eksistensi dan esensi selalu terjadi bersamaan, hal itu ia buktikan dengan air dan basah, sifat air akan selalu membasahi. Air, kata Sadra, adalah eksistensi sementara basah adalah esensi yang menempel pada eksistensi air.
  • Ada persamaan antara eksistensi dan cahaya yang selalu dibicarakan dalam filsafat, keduanya sama-sama mengindividuasi.
  • Eksistensi yang dibicarakan filsafat barat dan islam berbeda, dalam filsafat barat eksistensi yang dibahas terbatas pada eksistensi manusia sementara filsafat islam membahas eksistensi semua objek yang ada di alam semesta


  •  Cahaya yang dibicarakan dalam filsafat berbeda dengan cahaya yang dibicarakan fisikawan, cahaya yang dibahas dalam filsafat merupakan symbol untuk menjelaskan eksistensi objek.
  • Ada asimilasi antara eksistensi dan cahaya, namun filsafat islam cenderung lebih memilih menggunakan kata cahaya ketimbang eksistensi. Pasalanya, cahaya mencakup makna yang lebih luas dan tak terbatas.
  • Tidak ada eksistensi yang bersifat independen, bahkan eksistensi putih sekalipun tidak bisa kita sadari jika ia tidak menempel pada sebuah kertas putih.  Ketika sebuah objek berwujud kertas putih baru kemudia kita mampu menyadari adanya eksistensi putih.
    Hal ini terjadi lantaran setiap eksistensi akan selalu memberikan atribusi kepada sebuah objek, dalam bahasa inggris hal ini setara dengan kata “is” yang selalu memberikan atribusi pada kalimat setelahnya.
  • Hanya ada satu eksistensi independen, yakni eksistensi Tuhan dimana ia tidak membutuhkan eksistensi objek lainya untuk membantu eksistensinya. Dialah satu-satunya eksistensi yang sempurna.
  • Filsafat Islam meyakini bahwa selalu ada eksitensi pada setiap gerak subtansi yang terdapat pada sebuah objek. Namun, adakah gerak subtansi yang bersifat independen dan tidak bersemayam pada sebuah objek?
Ada empat komponen penting yang harus dipahami sebelum membahas gerak subtansi, yakni kualitas, kuantitas, posisi dan tempat.
    Kuantitaas adalah perubahan dari kecil menjadi besar. Misalnya, pertumbuhan pohon kecil menjadi besar.
    Posisi adalah perubahan gerakan. Misalnya, pergerakan roda yang selalu berputar dari atas kebawah dan sebaliknya.
   Tempat adalah pergerakan burung terbang, perpindahan tempat manusia ke tempat yang lain. 
     Kualitas adalah perpindahan sebuah keadaan. Misalnya, perubahan warna buah dan perubahan rasanya.
  • Setiap eksistensi memiliki gerak substansi yang bergerak pada eksistensinya. Sehingga mempertanyakan apakah terdapat gerak substansi dalam subtansi materi? Pertanyaan ini sama saja seperti menanyakan kenapa air itu basah? Kenapa minyak itu berminyak?
  • Pembahasan gerak subtansi memiliki kontribusi penting terhadap penjelasan sebab akibat. Akibat adalah manifestasi eksistensi dari si pemberi yaitu sebab. Akibat akan selalu membutuhkan dan beketergantungan terhadap sebab. Hebat atau tidaknya sebuah akibat tergantung pada kekuatan si penyebab. Kualitas seorang anak, misalnya, ditentukan oleh orangtuanya.

  •  Dalam Filsafat Islam, sebab yang sempurna tidak membutuhkan kuiditas untuk menghadirkan akibat. Sebaliknya, sebab yang tidak sempurna membutuhkan kuiditas untuk menimbulkan akibat.


{ 0 komentar... Views All / Send Comment! }

Posting Komentar